Sengketa Internal Kelompok Yahudi di Amerika
Anna Smit
(Al Wathan Qatar)
Pada saat Israel diskusi tajam pasca perang Libanon, dukungan yang masih kuat dan permanent bagi Negara dan politik Yahudi berada di media Amerika hingga sekarang. Namun ada konflik internal di kalangan Yahudi di Amerika. Awalnya hanya diam dan tenang. Namun konflik itu meledak melalui media massa secara terang-terangan terkait dengan pemilih Yahudi terhadap politik pemerintah Bush dan Negara Yahudi serta sikapnya terhadap Palestina. Kritikus paling vocal terhadap politik Bush adalah milyarder Yahudi George Soros. Ia sosok yang tidak bisa dianggap enteng di kalangan kaum liberal dan kiri Yahudi yang ingin menjauhkan kelompok yahudi Amerika dari mengadopsi politik kanan terhadap masalah perdamaian di Timteng. Konflik ini mencapai puncaknya pada Oktober akhir tahun lalu. Yakni pada saat seorang akademisi Yahudi terkenal Tony Godat menyampaikan sambutan di sebuah forum.
9 Oktober muncul tulisan di Washington Post “dua organisasi Yahudi terkenal melarang seorang sejarawan Yahudi untuk menyampaikan ceramah di sebuah forum karena dianggap keras dalam mengkritik Israel dan sikap yang mendukungnya,” Dua organisasi yahudi yaitu AIPAC dan Organisasi Zionis untuk Amerika menampik pernyataan di atas. Namun seorang tokoh Yahudi yang disebut Abraham Foxsaman tidak menyembunyikan kegembiraannya untuk mencegah sejarawan itu dengan mengatakan, “saya yakin kini sudah diambil langkah yang benar. Sejarawan itu meyakini bahwa pendirian Negara Israel tidak perlu dilakukan di tempat awal. Karenanya, kami melawannya,”
Media lainnya yang menyerang sejarawan Godat adalah New York Times dari sejumlah akademisi dan budayawan Yahudi terkena setelah Alan Der Sofits, guru besar hukum di Universitas Harvad.
Ada kepentingan di balik serangan terhadap sejarawan ini. Yaitu; sekelompok pebisnis, pejabat dan budayawan Yahudi sedang mempelajari gagasan pendirian lobi Yahudi baru pendukung Israel namun dengan landasan lain. Organisasi lobi Yahudi baru ini dibentuk menantang AIPAC yang selama in memberikan dukungan buta terhadap Israel dan politknya. AIPAC mendukung perang Libanon, isolasi Gaza, dan politik permukiman Yahudi di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Mereka yang berdiri di belakang organisasi yang akan dibentuk ini mengatakan, ada sejumlah sosok public terkenal yang mendukung gerakan ini. Di antaranya, mantan penasehat mantan Presiden Amerika Bill Clinton, Jeremy ben Ame, Mortin Hebelrin, seorang pejabat di Masyarakat terbuka yang dibentuk Soros, Mel Levin, mantan Senator Amerika, pendeta Sober Satayin dan sejumlah tokoh lain. Juga ada sejumlah organisasi lain yang bergabung dalam wacana ini seperti Amerikan untuk Perdamaian Sekarang.
Perkembangan ini menegaskan adanya perspektif baru di kalangan kelompok Yahudi Amerika yang menyatakan bahwa keamanan Israel tergantung kepada dihentikannya konflik secara damai dengan Palestina. Ben Ame menyatakan kepada harian Venezuela Times edisi Oktober bahwa konflik di Libanon memunculkan sejumlah bahaya hakiki yang dihadapi Israel. Karenanya, Negara Yahudi ini membutuhkan perdamaian secepat mungkin. Ia mengutip pernyataan Alcot di harian Joyes Telegrafic Ajnas bahwa apa dibicarakan adalah menciptakan sebuah organisasi Zionis yang membela semua tindakan Israel dan mendorong pemerintah Amerika setiap masa untuk mendukung sikap-sikap Israel dalam konflik ini. Alcot menambahkan, “untuk Yahudi dan Israel, putus asa adalah lebih berbahaya bagi kami dari Hizbullah dan Hamas,” (atb)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar