Inilah beberapa
akhlak yang harus dimiliki oleh setiap da’i. Para da’i yang tidak memiliki
sifat dan akhlak ini, dakwahnya niscaya akan kandas dan usahanya akan menjadi
sia-sia. Dalam kitabnya Fadhlud
Dakwati ilallah dan kitab Manhajul Anbiya’ fid Dakwah ilallah.
Akhlak da’i yang
baik, dapat kita ketahui dari kriteria dalam kitab Fadhlud Dakwati ilallah hal.
32-34. : “Adapun akhlak dan sifat yang harus dipunyai oleh seorang da’i di
dalam berdakwah banyak sekali, antara lain:
a. Ikhlas.
Wajib atas seorang
da’i untuk ikhlas karena Allah (di dalam berdakwah), tidak riya’, sum’ah (cari
popularitas) ataupun pujian orang. Sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Katakanlah (hai Muhammad): Inilah jalanku, aku berdakwah ke (jalan) Allah….” (Yusuf:
108)
b. Memiliki ilmu
tentang apa yang didakwahkannya.
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى
بَصِيرَةٍ ﴿يوسف: ١٠٨﴾
“Katakanlah (hai
Muhammad): “inilah jalanku, aku berdakwah ke (jalan) Allah dengan bashirah….” (Yusuf:
108)
Wajib bagi setiap
da’i untuk mengilmui apa yang dia dakwahkan dan melihat dalil-dalilnya, maka
apabila telah jelas bagi dia kebenaran dan dia mengetahuinya maka dia
dakwahkan, apakah itu berbentuk perbuatan ataupun sesuatu yang dilarang untuk
dikerjakan.
c. Ramah dan lemah
lembut di dalam berdakwah.
“Serulah (manusia) ke
jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik….” (An-Nahl: 125)
d. Mengamalkan dan
menjadi suri teladan yang baik dari apa yang dia dakwahkan. Tidak seperti orang
yang mendakwahkan sesuatu kemudian dia meninggalkannya atau melarang sesuatu
kemudian dia malah mengerjakannya. Sebab, ini adalah keadaannya orang-orang
yang merugi. Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا
لاَ تَفْعَلُونَ﴿٢﴾ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لاَ
تَفْعَلُونَ ﴿الصف: ٢-٣﴾
“Hai orang-orang yang
beriman, mengapa kamu mengatakan yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian
di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu perbuat.” (Ash-Shaf:
2-3)
Menanggapi tentang
akhlak yang harus dimiliki para da’i Syaikh Shalih bin Fauzan di dalam
mukaddimah kitab Manhajul Anbiya’ fid Dakwah ilallah mengatakan:
1. Mengilmui apa yang
dia dakwahkan, karena orang jahil tidak berhak untuk menjadi da’i. Allah
berfirman:
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى
بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ﴿يوسف: ١٠٨﴾
“Katakanlah (hai Muhammad),
“inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku berdakwah ke (jalan)
Allah dengan bashirah.” (Yusuf: 108)
2. Mengamalkan apa yang dia
dakwahkan.
Ini dimaksudkan agar
dia menjadi suri teladan yang baik, yang amalannya membenarkan perkataannya,
sehingga ahlul batil tidak mempunyai hujjah untuk melawannya. Allah berfirman
tentang Nabi Syu’aib bahwa dia berkata kepada kaumnya:
وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَى مَا أَنْهَاكُمْ
عَنْهُ إِنْ أُرِيدُ إِلاَّ الإِصْلاَحَ مَا اسْتَطَعْتُ…﴿هود: ٨٨﴾
“… Dan aku tidak
berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang, aku tidak
bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan ….” (Hud:
88)
3. Ikhlas dalam berdakwah.
Yaitu karena Allah
semata, tidak ingin riya, popularitas, pangkat, kepemimpinan, dan tidak pula
karena tujuan-tujuan duniawi yang lainnya, karena kalau diselipi dengan
maksud-maksud di atas tadi, maka dakwahnya bukan karena Allah melainkan karena
kepentingan pribadi.
4. Memulai dari yang
terpenting kemudian yang penting (berikutnya).
Yaitu memulai dengan
perbaikan aqidah, dengan memerintahkan untuk ikhlas dalam beribadah kepada
Allah dan melarang dari perbuatan syirik. Kemudian juga memerintahkan shalat,
zakat, amalan-amalan wajib dan melarang dari perkara-perkara haram yang
lainnya. Sebab, inilah jalan yang ditempuh oleh para Rasul. Allah berfirman
yang artinya:
“Dan sesungguhnya
Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah
Allah saja dan jauhilah thaghut itu….” (An-Nahl: 36)
“Dan Kami tidak
mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya:
“bahwasanya tidak ada sesembahan yang hak kecuali Aku, maka sembahlah Aku.” (Al-Anbiya’:
25)
Sejarah perjalanan
dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan contoh yang baik dan
manhaj dakwah yang paling lengkap, karena beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
tinggal di Mekkah selama 13 tahun untuk menyeru umat manusia kepada tauhid dan
melarang mereka dari perbuatan syirik. Ini dilakukan sebelum menyeru kepada
shalat (lima waktu), zakat, puasa, dan haji. Dan ini sebelum melarang mereka
dari zina, riba, mencuri dan bunuh diri.
5. Bersabar terhadap
apa yang menimpa dirinya dalam berdakwah ke jalan Allah.
Seorang da’i harus
sabar dalam berdakwah karena perjalanan dakwah tidak selamanya mulus dan tidak
semudah yang dibayangkan. Jalan dakwah itu penuh dengan rintangan dan
marabahaya. Contoh-contoh da’i yang baik tentu saja adalah para Rasulullah
shalawatullah wa salamuhu alaihim. Allah berfirman:
وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا
عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا ﴿الأنعام: ٣٤﴾
“Dan sesungguhnya
telah didustakan (pula) Rasul-Rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar
terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai
datang pertolongan Kami kepada mereka….” (Al-An’am: 34)
6. Berbudi pekerti yang luhur dan
menggunakan hikmah dalam dakwahnya.
Dengan cara ini,
dakwah sering kali lebih mudah diterima. Dan ini sesuai pula dengan apa yang
Allah perintahkan kepada Nabi Musa dan Nabi Harun ketika mereka berdakwah
kepada Fir’aun, orang yang paling kafir di muka bumi saat itu karena mengaku
sebagai Tuhan. Allah berfirman:
فَقُولاَ لَهُ قَوْلاً لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ
أَوْ يَخْشَى ﴿طه: ٤٤﴾
“Maka bicaralah kamu
berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat
atau takut.” (Thaha: 44)
Demikian pula apa
yang difirmankan Allah pada Nabi Muhammad, bagaimana beliau harus berdakwah
kepada umatnya:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ
كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ﴿ال عمران: ١٥٩﴾
“Maka disebabkan
rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu.” (Ali Imran: 159)
7. Bertekad bulat dengan
cita-cita yang kuat.
Seorang da’i tidaklah
boleh putus asa dalam berdakwah dan tidak pula boleh putus asa dari pertolongan
dan bantuan Allah, walaupun ia telah berdakwah dalam jangka waktu yang lama.
Cukuplah bagi dia, para Rasul sebagai suri teladannya. Ingatlah bagaimana sikap
Nabi Nuh yang selama 950 tahun menyeru kaumnya ke jalan Allah. Ingatlah pula
apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
kaumnya dengan kejamnya menganiaya beliau, sampai-sampai beliau didatangi
malaikat penjaga gunung yang meminta izin untuk menjatuhkan batu-batuan kepada
mereka. Rasulullah pada saat itu hanya menjawab (yang maknanya): “Jangan,
(biarlah) aku tangguhkan mereka. Mudah-mudahan Allah mengeluarkan dari anak
cucu mereka, orang-orang yang beribadah kepada Allah saja dan tidak
menyekutukannya dengan sesuatupun.”
Inilah beberapa
akhlak yang harus dimiliki oleh setiap da’i. Para da’i yang tidak memiliki
sifat dan akhlak di atas, dakwahnya niscaya akan kandas dan usahanya akan
menjadi sia-sia.
Maraji’ :
- Fadhlud
Dakwati ilallah
- Manhajul
Anbiya’ fid Dakwah Ilallah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar