Cari Blog Ini

Kamis, 17 Januari 2013

Beginilah akhlak seorang Da'I



Inilah beberapa akhlak yang harus dimiliki oleh setiap da’i. Para da’i yang tidak memiliki sifat dan akhlak ini, dakwahnya niscaya akan kandas dan usahanya akan menjadi sia-sia. Dalam kitabnya Fadhlud Dakwati ilallah dan kitab Manhajul Anbiya’ fid Dakwah ilallah.  
Akhlak da’i yang baik, dapat kita ketahui dari kriteria dalam kitab Fadhlud Dakwati ilallah hal. 32-34. : “Adapun akhlak dan sifat yang harus dipunyai oleh seorang da’i di dalam berdakwah banyak sekali, antara lain:
a. Ikhlas.
Wajib atas seorang da’i untuk ikhlas karena Allah (di dalam berdakwah), tidak riya’, sum’ah (cari popularitas) ataupun pujian orang. Sebagaimana firman Allah yang artinya: “Katakanlah (hai Muhammad): Inilah jalanku, aku berdakwah ke (jalan) Allah….” (Yusuf: 108)
b. Memiliki ilmu tentang apa yang didakwahkannya.
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ ﴿يوسف: ١٠٨﴾
“Katakanlah (hai Muhammad): “inilah jalanku, aku berdakwah ke (jalan) Allah dengan bashirah….” (Yusuf: 108)
Wajib bagi setiap da’i untuk mengilmui apa yang dia dakwahkan dan melihat dalil-dalilnya, maka apabila telah jelas bagi dia kebenaran dan dia mengetahuinya maka dia dakwahkan, apakah itu berbentuk perbuatan ataupun sesuatu yang dilarang untuk dikerjakan.
c. Ramah dan lemah lembut di dalam berdakwah.
“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik….” (An-Nahl: 125)
d. Mengamalkan dan menjadi suri teladan yang baik dari apa yang dia dakwahkan. Tidak seperti orang yang mendakwahkan sesuatu kemudian dia meninggalkannya atau melarang sesuatu kemudian dia malah mengerjakannya. Sebab, ini adalah keadaannya orang-orang yang merugi. Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لاَ تَفْعَلُونَ﴿٢﴾ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لاَ تَفْعَلُونَ ﴿الصف: ٢-٣﴾
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu perbuat.” (Ash-Shaf: 2-3)
Menanggapi tentang akhlak yang harus dimiliki para da’i Syaikh Shalih bin Fauzan di dalam mukaddimah kitab Manhajul Anbiya’ fid Dakwah ilallah mengatakan:
1. Mengilmui apa yang dia dakwahkan, karena orang jahil tidak berhak untuk menjadi da’i. Allah berfirman:
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ﴿يوسف: ١٠٨﴾
“Katakanlah (hai Muhammad), “inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku berdakwah ke (jalan) Allah dengan bashirah.” (Yusuf: 108)
2. Mengamalkan apa yang dia dakwahkan.
Ini dimaksudkan agar dia menjadi suri teladan yang baik, yang amalannya membenarkan perkataannya, sehingga ahlul batil tidak mempunyai hujjah untuk melawannya. Allah berfirman tentang Nabi Syu’aib bahwa dia berkata kepada kaumnya:
وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَى مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ إِنْ أُرِيدُ إِلاَّ الإِصْلاَحَ مَا اسْتَطَعْتُ…﴿هود: ٨٨﴾
“… Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang, aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan ….” (Hud: 88)
3. Ikhlas dalam berdakwah.
Yaitu karena Allah semata, tidak ingin riya, popularitas, pangkat, kepemimpinan, dan tidak pula karena tujuan-tujuan duniawi yang lainnya, karena kalau diselipi dengan maksud-maksud di atas tadi, maka dakwahnya bukan karena Allah melainkan karena kepentingan pribadi.
4. Memulai dari yang terpenting kemudian yang penting (berikutnya).
Yaitu memulai dengan perbaikan aqidah, dengan memerintahkan untuk ikhlas dalam beribadah kepada Allah dan melarang dari perbuatan syirik. Kemudian juga memerintahkan shalat, zakat, amalan-amalan wajib dan melarang dari perkara-perkara haram yang lainnya. Sebab, inilah jalan yang ditempuh oleh para Rasul. Allah berfirman yang artinya:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thaghut itu….” (An-Nahl: 36)
“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: “bahwasanya tidak ada sesembahan yang hak kecuali Aku, maka sembahlah Aku.” (Al-Anbiya’: 25)
Sejarah perjalanan dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan contoh yang baik dan manhaj dakwah yang paling lengkap, karena beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tinggal di Mekkah selama 13 tahun untuk menyeru umat manusia kepada tauhid dan melarang mereka dari perbuatan syirik. Ini dilakukan sebelum menyeru kepada shalat (lima waktu), zakat, puasa, dan haji. Dan ini sebelum melarang mereka dari zina, riba, mencuri dan bunuh diri.
5. Bersabar terhadap apa yang menimpa dirinya dalam berdakwah ke jalan Allah.
Seorang da’i harus sabar dalam berdakwah karena perjalanan dakwah tidak selamanya mulus dan tidak semudah yang dibayangkan. Jalan dakwah itu penuh dengan rintangan dan marabahaya. Contoh-contoh da’i yang baik tentu saja adalah para Rasulullah shalawatullah wa salamuhu alaihim. Allah berfirman:
وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا ﴿الأنعام: ٣٤﴾
“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) Rasul-Rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka….” (Al-An’am: 34)
6. Berbudi pekerti yang luhur dan menggunakan hikmah dalam dakwahnya.
Dengan cara ini, dakwah sering kali lebih mudah diterima. Dan ini sesuai pula dengan apa yang Allah perintahkan kepada Nabi Musa dan Nabi Harun ketika mereka berdakwah kepada Fir’aun, orang yang paling kafir di muka bumi saat itu karena mengaku sebagai Tuhan. Allah berfirman:
فَقُولاَ لَهُ قَوْلاً لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى ﴿طه: ٤٤﴾
“Maka bicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (Thaha: 44)
Demikian pula apa yang difirmankan Allah pada Nabi Muhammad, bagaimana beliau harus berdakwah kepada umatnya:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ﴿ال عمران: ١٥٩﴾
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (Ali Imran: 159)
7. Bertekad bulat dengan cita-cita yang kuat.
Seorang da’i tidaklah boleh putus asa dalam berdakwah dan tidak pula boleh putus asa dari pertolongan dan bantuan Allah, walaupun ia telah berdakwah dalam jangka waktu yang lama. Cukuplah bagi dia, para Rasul sebagai suri teladannya. Ingatlah bagaimana sikap Nabi Nuh yang selama 950 tahun menyeru kaumnya ke jalan Allah. Ingatlah pula apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika kaumnya dengan kejamnya menganiaya beliau, sampai-sampai beliau didatangi malaikat penjaga gunung yang meminta izin untuk menjatuhkan batu-batuan kepada mereka. Rasulullah pada saat itu hanya menjawab (yang maknanya): “Jangan, (biarlah) aku tangguhkan mereka. Mudah-mudahan Allah mengeluarkan dari anak cucu mereka, orang-orang yang beribadah kepada Allah saja dan tidak menyekutukannya dengan sesuatupun.”
Inilah beberapa akhlak yang harus dimiliki oleh setiap da’i. Para da’i yang tidak memiliki sifat dan akhlak di atas, dakwahnya niscaya akan kandas dan usahanya akan menjadi sia-sia.
Maraji’ :
- Fadhlud Dakwati ilallah
- Manhajul Anbiya’ fid Dakwah Ilallah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar