Cari Blog Ini

Senin, 27 September 2010

Pendidikan berbasis Aqidah

PENDIDIKAN BERBASIS AQIDAH

Islam sebagai pembawa risalah yang berkemajuan menuju rahmatan lil’alamin (rahmat bagi seluruh alam ) memberikan arah dan contoh pendidikan yang berbasis akidah, ibadah dan akhlak, sebagaimana yang diteladankan oleh
Lukmanul Hakim dalam mendidik puteranya dengan menekankan lima aspek yang harus dijadikan landasan tempat berpijak bagi pengembangan wawasan keilmuan dalam rangka membangun kecerdasan dan kemandirian.
Kelima aspek tersebut adalah :

Pertama : Prinsip Akidah yang bebas dari syirik
Kedua : Prinsip menghormati kedua orang tua Ibu Bapak
Ketiga : Prinsip mengenal kekuasaan Allah
Keempat : Prinsip mendirikan shalat sebagai tiang agama
Kelima : Prinsip menjauhkan sifat sombong dan hidup sederhana

Kelima prinsip pokok itulah yang direkamkan oleh Allah swt dalam firman-Nya pada surat Lukman dari ayat 13-19 sebagai berikut :

Pertama : Prinsip Akidah yang bebas dari syirik

               
Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". 31/13

Ayat ini menunjukkan bahwa akidah benar-benar merupakan fundasi dalam kehidupan, karena bertolak dari aqidah yang kuat, yang akan menyelamatkan umat manusia dalam perjalanan hidupnya.
Apabila aqidah dapat diperkokoh, dengan penanaman keyakinan hidup beragama yang serius kepada anak didik, insya Allah mereka tidak mudah menerima sesuatu yang bertentangan dengan ajaran islam terutama yang berbau syirik, khurafat, tahayul dan bid’ah.

Kedua : Prinsip menghormati Orang tua
     •            
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. 31/14

Ayat ini mengingatkan kepada kita betapa mulianya kedudukan ibu-bapak. Seorang anak wajib berbuat baik kepada keduanya, lebih-lebih tatkala keduanya berusia lanjut. Allah telah meletakkan setelah bersyukur kepada-Nya kita disuruh untuk melakukan hal yang sama kepada kedua orang tua, bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda

RIDHALLAH FII RIDHA WALIDAIN WASUKHTULLAHI FII SUKHTIL WALIDAIN

”Ridha Allah terletak pada ridha orang tua dan murka Allah terletak paada murka orang tua”
artinya keridhaan orang tua merupakan syarat untuk memperoleh ridha Allah swt.

Ketiga : Prinsip mengenal kekuasaan Allah

 •                    •    
(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. 31/16

Ayat ini menamkan konsep kejujuran kepada anak, bahwa di mana saja manusia berada, bila dia melakukan suatu kebaikan atau kesalahan meskipun sebesar atom bahkan lebih kecil dari itu, Allah pasti tahu dan akan tetap membalasnya.


Keempat : Prinsip mendirikan shalat sebagai tiang agama

             •     
Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). 31/17


Pada prinsip yang keempat ini. Allah memesankan agar shalat jangan diabaikan, karena shalat yang didirikan akan melahirkan kekuatan dan keberanian serta menggerakkan masyarakat menyuruh berbuat baik dan mencegah berbuat munkar yang dimulai dari dirinya sendiri.

Kegiatan shalat berjamaah di masjid atau di Mushalla perlu dikembangkan. Sehingga ini menjadi sebuah simbol kekuatan umat islam dalam membangun kesejahteraan dan mengentaskan kemiskinan.
Memang melatih diri untuk mendirikan shalat tidaklah segampang hanya mengerjakan shalat, karenanya shalat diakui sebuah pekerjaan yang berat kecuali bagi orang-orang yang khusuk.
Sedangkan kekusyukkan tidak akan muncul bila tidak ada keyakinan bahwa kelak akan bertemu dengan Allah swt.

Firman Allah :

    •        •      
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',
(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. ( QS. Al-Baqarah : 45-46)

Begitu besarnya pengaruh ibadah shalat untuk membangun sifat-sifat positif seperti , sabar yang dapat menjadi pendamping shalat sebagai penolong dalam menghadapi kesusahan hidup, karena itu shalat harus dijadikan perioritas dalam mendidik anak dan remaja.
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda yang artinya:

MURRUU AULADIKUM BISH-SHALAT WAHUM ABNAAU S SAB’AH, WADHRIBUUHUM WAHUM ABNAAUL ’ASYRA

”suruhlah anakmu shalat ketika dia telah berumur tujuh tahun, dan pukullah dia jika sudah berumur sepulu tahun ”

Hadits ini menunjukkan betapa perintah shalat harus dijalankan dengan sungguh-sungguh, karena shalat adalah tiang agama dan sekaligus media komunikasi vertikal antara manusia dengan Tuhannya. Dan secara horizontal antar sesama manusia. Bila pendidikan shalat dapat ditanamkan sejak dini, yakinlah anak dan generasi muda akan menjadi generasi yang shahih, jujur, disiplin, bersih dan bertanggung jawab.
Allah Swt berfirman dalam surat Al-Kahfi : 13

      •      
Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita Ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk.


Kelima : Prinsip menjauhkan sifat sombong dan hidup sederhana
       •     
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan[1182] dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.31/19

Ayat ini mengingatkan kepada kita agar hidup diwarnai dengan sifat rendah hati dan sederhana. Jauh dari sifat sombong, congkak dan takabur, karena sifat demikian adalah sifat syetan yang dikutuk oleh Allah. Oleh karenanya anak harus dididik sejak dini agar sadar diri bahwa sebenarnya manusia tidap punya apa-apa. Semua yang ada pada dirinya hanyalah pinjaman sementara dan pada waktunya akan diambil kembali oleh pemiliknya.
Insya Allah bila landasan akidah, syari’ah dan akhlak telah kuat, maka akan selamatlah bangsa dan negara. Tapi bila hal itu masih diabaikan bangsa dan negara tentu akan menemui kehancuran karena semakin lemah, kropos dan tak berdaya. Mudah-mudahan kita terhindar dari bahaya laten yang semakin mengkhawatirkan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar